Paham radikalisme yang bergentayangan saat
ini berpotensi memecahbelahkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kurangnya benteng pertahanan pada idelologi setiap insan, wabilkhusus para
generasi muda, memberikan peluang paham tersebut berkembang biak. Inilah secuil
intisari dari bedah buku yang berjudul “Agama NU untuk NKRI”.
Pengurus Anak Cabang
Gerakan Pemuda (PAC GP) Ansor Kecamatan Gombong menggelar Bedah Buku dengan
judul Agama NU untuk NKRI yang disampaikan langsung oleh Penulis Buku Dr. K.H.
Ahmad Baso pengurus PBNU Sabtu, 6 Juni 2015, yang dilaksanakan di Aula SMK
Ma’arif 2 Gombong yang terletak di Jalan Kemukus No. 96 B Gombong Kabupaten Kebumen.
Acara yang dihadiri oleh Ketua PC NU Kebumen,
Kepala Dinas Dikpora Kebumen, Ketua MUI Kebumen, Ketua MWC NU Gombong, Pengurus
MWC, Pengurus Ranting se Distrik Gombong, Pengurus GP Ansor dan ratusan hadirin
dibuka pada pukul 13.30 WIB, diawali dengan pembacaan tilawatil Al-Qur’an yang
disampaikan oleh Saudara Fahrudin Majid siswa SMK Ma’arif 5 Gombong kemudian
dilanjutkan dengan Lagu Indonesia Raya dengan dirijen Pameita Kurniawati, S.Pd.
Ketua Panitia Khozin, S.Pd.I menyampaikan
selamat datang kepada para hadirin yang telah menyempatkan waktunya untuk
mengikuti acara tersebut, disampaikan juga ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan tersebut.
Dalam sambutannya Ketua PC NU Kab. Kebumen
K.H. Drs. Masykur Rozaq, M.Pd.I menyampaikan kebanggaan kepada pemuda Ansor
Kecamatan Gombong yang telah menyelenggarakan acara bedah buku dengan judul
Agama NU untuk NKRI.
“Memang NU rahmatan lil ‘aalamiin dapat
memberikan pencerahan kepada semua ummat.” Tegas Kyai
Sementara itu Sambutan Bupati Kebumen H.
Buyar Winarso, S.E. yang dibacakan oleh Kepala Dinas Dikpora Kab. Kebumen H.
Ahmad Ujang Sugiono, S.H., menyampaikan, Apresiasi setinggi-tingginya
kepada Ansor Gombong yang telah menyelenggarakan acara iin yang bertujuan
sebagai sarana untuk membangun persatuan dan kesatuan NKRI.
Penulis Dr. K.H. Ahmad Baso pengurus PBNU
dalam kiprahnya sudah cukup banyak buku tentang agama ditulisnya. Dalam
penyampaiannya “Bahwa sebagai generasi muda, dan akan mengambdi selama puluhan
tahun ke depan, tanpa benteng yang kuat Indonesia akan menjadi buram. Kenapa demikian,
karena menyangkut ideologi kebangsaan yang saat ini cukup menjadi pengaruh.”
kata Ahmad tegas.
Pendidikan kebangsaan di kalangan anak muda,
menurut Ahmad, mulai “kering-kerontang”. Tidak ada instrumen yang mampu membuat
para calon pemegang tongkat estafet pemimpin bangsa untuk belajar efektif.
Sebagai contoh ziarah kubur. Dalam suatu kisah di bukunya tersebut, ziarah
kubur dilakukan untuk membangun, mempererat persatuan dan solidaritas
masyarakat. Terlepas darimanapun suku, agama dan keyakinannya.
“Bayangkan hanya kata ini bisa mempersatukan
seluruh suku, bisa meredam konflik, kerusuhan konflik bisa dicegah, itu dengan
catatan benteng yang dibutuhkan harus ditanam terlebih dahulu. Sehingga ketika
ada pancingan dari luar dari manapun mereka sudah siap,” urainya
Lantas, benteng seperti apakah yang
dibutuhkan anak muda saat ini"” Menjawab pertanyaan ini, Ahmad menuturkan,
sebagai generasi yang nantinya duduk di kursi kepemimpinan, dibutuhkan senjata
penangkal atau jimat. Dengan kondisi
Indonesia yang plural, yang memiliki banyak agama, ada yang mengatakan Islam
dengan berbagai model. Serta, menjustifikasi masing-masing jenis Islam adalah
benar. Menurutnya, hal itu paham yang salah.
“Inilah yang menjadi celah, orang luar mampu
menghancurkan kita. Mampu mengutak-atik kita dan akhirnya tidak ada lagi
keberagaman. Karena senjata penangkalnya mudah terpancing. Cukup kita akui
bahwa ada Islam ini itu, yang model ini salah, Islam yang ini yang benar, di
sinilah perlu dibentengi dengan paham tentang Islam Nahdlatul Ulama (NU).”
Jelasnya
Maka lanjutnya, jangan sampai kehancuran
negara-negara besar melanda Indonesia. Sebagai contoh, saat ini terjadi di
Timur Tengah. Sebut saja, Yaman, Irak, Palestina, Syiria, Libiya Pakistan dan
lainnya, semua berantakan. Masyarakatnya mendadak jadi miskin.
“Mereka banyak yang terlunta-lunta di luar
negeri dan tidak diperhatikan. Kalau anak bangsa mudah dipengaruhi seperti
mereka maka mereka sudah pasti akan saling cakar-menyakar.
Persoalannya sebenarnya soal agama, soal
perbedaan pendapat yang harus diperhatikan sejak awal. Bahwa model NU ini model
efektif yang mampu meredam dan membentengi serta membangun Indonesia,
“paparnya.
Cara permulaannya melalui pembelajaran
kurikulum di sekolah-sekolah, kurikulum pendidikan di SD, SMP dan SMA hingga
kampus, harus ditanamkan paham tersebut. Sebab, jika saja dibuang jiwa
kebangsaan sudah pasti jiwa kebangsaan yang dimiliki generasi penerus akan
mudah dipengaruhi. Pungkas Ahmad.
Acara ditutup pada pukul 16:00 setelah sesi
tanya jawab dengan do’a yang disampaikan oleh Ketua MUI Kebumen Drs. K.H. Nur
Sodiq.
Demikian liputan tentang Acara Bedah Buku
Agama Nu Untuk Nkri yang diselenggarakan di SMK Ma’arif
2 Gombong.